TEORI KONSELING PSIKOANALISA


Konseling Psikoanalisa

2.1.      Pandangan tentang sifat dasar manusia

Menurut teori konseling psikoanalisa, perilaku dan perkembangan manusia bersifat deterministik. Perilaku dan perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor genetik (biologis) dan berbagai peristiwa pada tahun-tahun awal kehidupan atau pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian, teori ini juga mengakui pentingnya peran konteks sosial khususnya lingkungan keluarga dalam mempengaruhi perkembangan. Freud juga memandang manusia sebagai entitas yang memiliki kemampuan untuk menyadari kesulitan atau masalahnya dan memanfaatkan sumber-sumber bantuan lain dan perkembangan pribadinya untuk memahami masalahnya mengalahkan dorongan naluriahnya yang tidak rasional dan membuat perubahan yang positif dan kemudian mencapai kehidupan yang diinginkannya.

2.2. Sistem teori

Teori konseling psikoanalisa berakar dari teori kepribadian Freud. Dalam hal ini Freud menggambarkan kepribadian manusia melalui konsep struktur mental (psyche) dan struktur kepribadian.

a.      Struktur mental

      Kesadaran, merujuk pada apa yang sedang kita persepsi (rasakan, pikirkan, amati). Kesadaran ini dapat dikenali dari apa yang kita rasakan.

      Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-peristiwa masa  lampau yang siap masuk kedalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan.

      Ketidaksadaran, ditamsilkan sebagai gudang dari imej-imej yang tak dapat diterima (ditolak oleh norma tertentu), peristiwa masa lampau, impuls-impuls dan keinginan yang tidak kita sadari. Materi-materi di dalam ketidaksadaran berpotensi menimbulkan ketegangan, ancaman dan perasaan cemas. Materi ini sering muncul ke kesadaran dalam bentuk halusinasi atau impian.

b.      Struktur kepribadian

      Id, merupakan struktur yang kita bawa sejak lahir dan bersisikan semua potensi bawaan, termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari. Di dalam id terdapat dorongan-dorongan naluriah yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan karena menuntut untuk dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id menggunakan dua mekanisme tindakan refleks dan proses primer.

      Dorongan naluriah, dibedakan menjadi dua, yakni:

  Naluri hidup (libido) yang merefleksikan kebutuhan id untuk mengejar kesenangan dan menghindari ketidaknyamanan.

  Naluri mati (tanatos) yang merupakan dorongan-dorngan agresif yang negatif yang dapat mecelakakan diri sendiri atau orang lain.

      Ego, berfungsi untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan atau melamun. Ego tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan id, tetapi juga merintangi atau menolak dorongan-dorongan yang tidak di ijinkan oleh norma atau kode moral yang ditekankan oleh lingkungan sosial. Ego merupakan aspek eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.

      Superego, merupakan aspek kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang di internalisasi oleh anak melalui pedidikan orang tua. Manusia yang mengikuti arahan superegonya cenderung bisa menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena banyak dorongan kesenagan yang tidah terpuaskan. Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung bisa memuaskan dorongannya tetapi sering kali ditanggapi rasa bersalah, malu dan cemas. Superego berfungsi membatasi dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego agar tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode moral atau norma masyarakat.

Manusia yang mengikuti arahan superegonya cenderung dapat menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena banyak dorongan kesenangan yang tak terpuaskan. Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung dapat memuaskan dorongannya namun seringkali dihinggapi rasa bersalah, malu dan cemas.

c.       Perkembangan kepribadian                   

Tahapan perkembangan Freud disebut tahapan psikoseksual, karena merepresentasikan suatu kebutuhan seksual yang menoojol pada setiap tahapan perkembangan.

Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:

         Tahap oral, kontak pertama yang dilakukan oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut (oral). Kepuasan seksual pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, menghisap, dll.

         Tahap anal

Pada usia 1 tahun anak melakukan interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut (anal) dan pembuangan. Setelah di belajarkan tentang cara-cara pembuangan melalui prosedur latihan pembuangan (toilet training) anak memperoleh tuntutan untuk mengendalikan perilakunya dan mengikuti cara-cara pembuangan yang benar.

         Tahap palis

Interaksi dalam tahap ini bersifat genital dan terjadi ketika anak berusia sekitar 4 tahun. Anak laki-laki mengembangan fantasi seksual dengan ibunya, peristiwa ini disebut Oedipus complex dan perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya, peristiwa ini disebut electra complex.

         Tahap laten

Pada tahap ini anak laki-laki dan perempuan menekan semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya kedalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, yang bersifat full-male atau full-female. Tahapan ini terjadi ketika anak memasuki periode pubertas.

         Tahap genital

Ketika memasuki masa pubertas, anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan hubungan dan minat-minat seksual, cinta dan bentuk-bentuk keterikan-keterikatan yang lain.

d.      Mekanisme pertahanan ego

Ketiga struktur ego (id, ego, dan superego) tidak selalu dapat bekerja sama secara harmonis. Dalam rangka memenuhi kebutuhan id, antara ketiga divisi kepribadian tersebut sering terjadi konflik. Konflik antara ketiga struktur kepribadian tersebut disebut konflik intrapsikis. Konflik tersebut berpotensi menimbulkan perasaan cemas

Jika ego tidak mampu menemukan cara-cara yang realistis untuk merespon rasa cemas ia menggunakan cara-cara yang tidak realistis yang disebut mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism).

2.3. Implementasi

Implementasi teori konseling psikoanalisa:

1.      Tujuan

Sesuai dengan asumsi-asumsi dasar tentang sifat dasar manusia yang dipegang, konseling psikoanalisa bertujuan untuk membantu individu (konseli) agar mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara mencapai keseimbangan psikologis. Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan cara meniadakan kecemasan atau menangani konflik-konflik intrapsikis

Baker (1985) mengemukakan lima tujuan khusus konseling psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk :

      Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional

      Memperkaya sifat dan macam mekanisme pertahanan ego sehingga lbih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima

      Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat dan yang mendorong penyesuaian

      Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi dan orang lain

      Menurunkan sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive (menghukum).

2.      Proses

Praktek dalam konseling psikoanalisa sebagaimana di lakukan oleh freud dan para praktisi modern psikoanalisa pada umumnya merupakan suatu proses yang panjang dan intensif dengan beberapa kali pertemuan.

Konselor secara aktif juga harus mendengarkan (dengan penuh perhatian) konseli dan mengarahkan sesi-sesi menuju pengungkapan materi-materi kompleks terdesak. Dalam hal ini, konselor diibaratkan mendengarkan klien dengan menggunakan tiga telinga guna memahami kata-kata symbol, kontradiksi, yang mungkin merupakan kunci untuk membuka pintu ketidaksadaran. Pertanyaan, interpretasi, asosiasi bebas, dan dorongan merupakan teknik-teknik umum yang digunakan oleh para konselor psikoanalisa.

2.4. Teknik konseling

Freud dan para konselor psikoanalisa menggunakan banyak teori guna mendorong konseli untuk berbicara tentang masalahnya. Beberapa teknik yang umum digunakan adalah :

a.      Transferen dan Kontratransferen

Transferen adalah suatu keadaan yang menggambarkan konseli memproyeksikan karakteristik orang lain, biasanya orangtua atau orang lain yang menjadi tokoh identifikasi konseli atau dengan siapa konseli punya masalah ke dalam diri konselor dan bereaksi terhadap konselor seolah-olah konselor memiliki karakteristik orang lain tersebut. Untuk membawa kesadaran klien terhadap realita, maka transferen harus dihentikan. Ini dilakukan dengan teknik Kontratransferen. Melalui teknik ini konselor memproyeksikan ke dalam diri klien karakteristik orang lain yang penting (berpengaruh) dalam kehidupan masa lampaunya.

b.      Asosiasi bebas

Asosiasi bebas didasarkan pada suatu asumsi bahwa orang akan mangatakan apapun yang ada di dalam benaknya tanpa sensor atau penilaian. Melalui asosiasi bebas konselor berusaha mempertalikan antara satu pikiran konseli dengan pikiran-pikiran lainnya. Contoh : kita mungkin mendengarkan suatu musik dan mengingatkan kita pada lagu tertentu, mengingatkan kita pada suatu peristiwa tertentu seperti pengalaman dengan kekasih, pada kemarahan orangtua ketika kita pulang terlambat setelah kencan dengan kekasih, dll. Melalui asosiasi bebas, music dapat membangunkan perasaan cemas yang kuat karena ia beekaitan dengan emosi yang tak mampu kita terima. Freud dan konselor psikoanalisa menggunakan asosiasi bebas untuk mendorong klien mengingat kembali kesan-kesan atau materi-materi masa lampau dan kemudian membebaskan perasaan tertekannya.

 

c.       Abriaksi

Teknik abriaksi digunakan untuk mempermudah hubungan antara emosi dan materi-materi komplek terdesak. Teknik ini dilaksanakan dengan cara meminta konseli menghayati kembali melalui imajinasi, pengalaman asli serta emosi yang menyertai atau mengikutinya. Dalam hal ini, emosi konseli dipandang sebagai kondisi mental yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa masa lampau yang sekarang menjadi komkpleks terdesak dan oleh karena itu perlu diungkap. Saat ini, teknik ini tidak hanya digunakan oleh para konselor psikoanalisa saja tetapi juga oleh konselor dari orientasi teoretis yang lain untuk membantu konseli menangani reaksi emosional yang sangat kuat terhadap suatu peristiwa (Seligman, 2001)

d.      Analisis dan Interpretasi

Analisis dan interpretasi digunakan untuk mendorong kesadaran dan pemahaman (insight) dengan cara membawa materi-materi kompleks terdesak ke daalm kesadaran. Tujuannya adalah agar konseli dapat memperoleh pemahaman tentang hubungan antara kesulitan-kesulitannya pada saat sekarang dengan berbagai peristiwa atau pengalaman masa lampaunya. Harapan dari cara ini adalah konseli mampu untuk membuat perubahan yang positif.

Analisis adalah suatu proses mengungkap dan memahami materi-materi kompleks terdesak konseli, termasuk didalamnya peristiwa-peristiwa atau pengalaman traumatik masa lalu dan impian-impian.

Interpretasi merupakan suatu proses membentangkan atau menguraikan makna dari simbul-simbul material bawah sadar yang dikomunikasikan oleh konseli dan kemudian mempertalikan dengan masalah atau kesulitan yang dialami konseli pada saat sekarang.

Dengan memahami materi-materi kompleks terdesak, baik secara emosional maupun kognitif, memungkinkan konseli untuk :  1) memahami pengaruh-pengaruh impuls terdesak, pengalaman, dan peristiwa masa lampau pada kesulitannya; 2) memilih atau menggunakan strategi mekanisme pertahanan ego yang lebih tepat; 3) membebaskan dirinya dari dampak negatif materi-materi yang ditekannya ke alam bawah sadar sejak masa kanak-kanak.

 

2.5. Tujuan konseling:

  1. Membuat tidak  sadar menjadi sadar;
  2. Mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan
  3. Membantu klien belajar dan mengatasi dan menyesuaikan
  4. Rekonstruksi kepribadian.

2.6. Aplikasi

Konseling psikoanalisa diakui oleh freud sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk kelompok individu tertentu. Seiring perkembangan teori psikoanalisa tersebut, gangguan mental (gangguan kepribadian) dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: psikosis dan neurosis.

Psikosis merupakan bentuk gangguan mental yang di tandai oleh hilangnya kontak dengan realitas karena hilangnya kemampuan individu untuk mempersepsi dan menginterpretasikan pengalaman internal dan eksternalnya. Konseling psikoanalisa tidak bisa di gunakan untuk menangani penderita psikosis.

Neurosis ditandai dengan adanya gangguan emosi, kognisi, dan perilaku yang menghambat kemampuan individu untuk berperilaku secara sehat atau berfungsi normal. Meskipun mereka mengalami kesulitan untuk memahami makna pengalamannya, tapi mereka masih memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bisa membentuk perilaku produktif, dapat memisahkan antara impian, fantasi, dan realitas. Freud membagi neorosis menjadi 2 kategori, yaitu: neurosis transferen dan neurosis narsistik. Neurosis transferen melibatkan konflik antara id dan ego. Sedangkan neurosis narsitik melibatkan konflik antara ego dan superego. Freud memiliki keyakinan bahwa hanya tipe neurosis transferen yang hanya dapat di tangani melalui psikoanalisa. Namun, pada saat ini banyak konselor psikoanalisa yang mengembangkan keyakinan bahwa psikoanalisa bisa digunakan secara efektif untuk menangani semua gangguan nonpsikotik.

2.7. Kritik dan Kontribusi

Beberapa Kritik terhadap psikoanalisa antara lain:

  1. Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan
  2. Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu.
  3. Terlalu meminimalkan rasionalitas
  4. Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
  5. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung system psikoanalisa.

Sedangkan kontribusi yang diberikan antara lain;

  1. adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
  2. teori kepribadian dan teknik psikoterapi
  3. pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.
  4. model penggunaan wawancara sebagai alat terapi
  5. pentingnya sikap non-moral pada terapis
  6. adanya persesuaian antara teori dan teknik.

Hal-hal yang harus diperhatikan konselor:

  1. ”Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan Keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
  2. “Kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu  supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, dalam masyarakat.
  3. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena  setiap manusia  selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dll,
  4. Bimbingan   merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.
  5. Pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual,  keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
  6. “Tahapan Perkembangan Kepribadian Individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
  7. “Ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses  bimbingan yang  dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional  sehingga berubah menjadi rasional.

 daftar pustaka

Corsini, Raymond. 2003. Psikoterapi Dewasa Ini. Surabaya: Ikon Teralitera.

Hartono. 2012. Psikologi Konseling Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Latipun, 2011. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. Malang: UMM Press

Lesmana, Jeanette Murad. 2006. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI Press.

Langkah-langkah dalam Konseling


Pengertian Membangun Hubungan  (antara konselor dan konselii)

Pengertian hubungan konseling secara umum dipakai oleh semua kaum professional yang melayani manusia, seperti profesi konselor, pekerja sosial,dokter,dan sebagainya. Hubungan konseling adalah hubungan yang membantu ,artinya pembimbing berusaha membantu si terbimbing agar tumbuh ,berkembang,sejahtera,dan mandiri.

Shertzer dan stone (1980) mendefinisikan hubungan konseling yaitu : interaksi antara orang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut.Orang – orang yang membantu tersebut adalah kaum professional yang kegiatannya adalah untuk memudahkan orang lain dalam memahami,mengubah,atau untuk memperkarya perilakunya,sehingga terjadi perubahan positif.kaum professional ini tertarik pada perilaku manusia yaitu ,perasaan,sikap,motif,ide,kebutuhan ,pengetahuan,dan seluruh kehidupan manusia.

Mengembangkan  hubungan Konseling :

Mengembangkan hubungan konseling adalah upaya konselor untuk meningkatkan keterlibatan dan keterbukaan klien,sehingga akan memperlancar proses konseling,dan segera mencapai tujuan konseling yang diinginkan oleh klien atas bantuan konselor.Bentuk utama hubungan konseling adalah pertemuan pribadi dengan pribadi (konselor-klien) yang dilatarbelakangi oleh lingkungan (internal-eksternal).

Menurut Barbara Okun (1987:22) jika terjadi hubungan konseling maka yang berhadapan adalah helper’s environment dengan helpee’s environment dimana terdapat aspek – aspek : sikap,kebutuhan,nilai,keyakinan dan ketrampilan.

Menurut penulis ini bahwa hubungan konseling dimulai pertemuan konselor-klien dan fokus perhatian adalah pada kepedulian klien.kepedulian tersebut bisa berbentuk isu,gejala,atau masalah.Disinilah pentingnya peranan skill seorang konselor untuk mendudukkan masalah itu sehingga klien mampu mengatasinya.

1)      Keterbukaan

Keterbukaan klien juga ditentukan oleh bahasa tubuh konselor.untuk menciptakan situasi kondusif bagi ketrbukaan dan kelancaran proses konseling,maka sifat – sifat empati, jujur, asli,mempercayai ,toleransi, respek,menerima,dan komitmen terhadap hubungan konseling,amat diperlukan dan dikembangkan oleh konselor.sifat sifat tadi akan memperlancar pada perilaku konselor sehingga klien terpengaruh,dan kemudian klien mengikutinya.maka klien akan menjadi terbuka dan terlibat dalam pembicaraan.

2)      Mengembangkan hubungan konseling yang rapport (akrab)

Dalam hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mengembangkan hubungan konseling yang rapport (akrab) dan dengan memanfaatkan komunikasi verbal dan non verbal.Jadi konseling bukan menomorsatukan content (masalah klien ).Demikian pula strategi dan tekhnik janganlah diutamakan .hubungan konseling yang menumbuhkan kepercayaan klien terhadap konselor adalah penting.sehingga klien akan terbuka dan mau terlibat pembicaraan .Menggali feeling klien termasuk rahasia – rahasia pribadinya merupakan hal penting dalam hubungan konseling.

Jika terjadi rapport dalam hubungan konseling ,berarti hubungan tersebut telah mencapai puncak.Artinya dalam kondisi ini ,kondusif sekali dalam keterbukaan klien.

Ada beberapa hal yang perlu dipelihara dalam hubungan konseling :

1)      Kehangatan,Artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu demikian hangat dan bergairah,bersemangat.Kehangatan disebabkan adanya rasa bersahabat,tidak formal,serta membangkitkan nsemangat dan rasa humor.

2)      Hubungan yang empati,yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien,dan memahami akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya.

3)      Keterlibatan klien, yaitu terlihat klien bersungguh – sungguh mengikuti proses konseling dengan jujur mengemukakan persoalannya,perasaannya,dan keinginannya.

  1. a.  Identifikasi masalah dan penilaian dalam konseling

identintifikasi masalah Identifikasi masalah merupakan upaya menentukan hakikat masalah yang dihadapi oleh klien. Penentuan ini dapat menggunakan klasifikasi masalah sebagai berikut : Klasifikasi masalah menurut Bordin

a. Ketergantungan pada orang lain (dependence)

b. Kurang menguasai keterampilan (lack of skill)

c. Konflik diri (self conflict)

d. Kecemasan menentukan pilihan (choice anxiety)

e. Masalah yang tidak dapat diklasifikasikan (no problem) Klasifikasi masalah menurut Pepinsky

a. Kurang percaya diri (lack of assurance)

b. Kurang informasi (lack of information)

c. Kurang menguasai keterampilan yang diperlukan(lack of skill)

d. Bergantungan pada orang lain (dependence)

e. Konflik diri (self conflict) Dalam identifikasi masalah kita berusaha memahami apa yang dialami klien dan mencari kesulitan masalah yang dihadapi klien. Diagnosa mengambil kesimpulan untuk menentukan derita klien atau yang dirasakan klien. Dengan klasifikasi masalah dalam disgnosis sebagai berikut :

– Faktor ketidakpercayaan diri Ketergantungan pada oranglain, ketidaktahuan potensi yang ada, sulit mengambil keputusan, kurang informasi.

– Faktor depresi atau konflik diri Kecemasan(anxiety), gangguan pikiran, gangguan perasaan,dan gangguan tingkah laku.

– Faktor miskomunikasi atau misunderstanding Kurang informasi, kurang tanggap, kurang peka terhadap Identifikasi masalah dan penyebabnya Mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah. Identifikasi alternative pemecahan Memberikan beberapa pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah diharapkan klien sendiri yang memilih.

 

  1. b.   Memfasilitasi Perubahan Terapeutis

Dalam langkah ini, yang dicari adalah strategi dan intervensi yang dapat memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan oleh sifat masalah, gaya dan teori yang dianut oleh konselor, keinginan klien dan gaya komunikasinya. Konselor dalam langkah ini memikirkan alternatif, melakukan evaluasi dan kemungkinan konsekuensi dalam berbagai alternatif, rencana tindakan. Dipertimbangkan juga strategi yang berasal dari berbagai macam pendekatan. Bagaimana caranya megubah hambatan afektif, melakukan pengelolaan stres (stres managemen), meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah atau mengubah pola interaksi maladaptif.

Proses terapeutis atau konseling merupakan suatu yang berkelanjutan dan berlangsung terus menerus merupakan suatu lingkaran sampai akhirnya masala dapat diselesaikan. Berartit seorang konselor harus terus menerus mengevaluasi apa yang dilakukannya dan mengubahnya bila suatu strategi tidak dapat dilaksanakan atau dilanjutkan.

  1. c.       Evaluasi dan Terminasi

Suatu proses konseling pasti akan ada akhirnya. Dalam langkah keempat ini, dilakukan evaluasi terhadap hasil konseling, dan akhirnya terminasi. Indikatornya adalah sampai sejauh mana sasaran tercapai. Pertanyaan evasluasi progress (progress evaluation question) yang penting mencakup: apakah hubungan ini membantu klien? Dalam hal apa membantu? Bila tidak membantu, mengapa tidak? Bila tidak semua sasaran tercapai, sampai sejauh mana sudah tercapai. Keputusan untuk menghentikan adalah usaha bersama antara klien dan konselor, meskipun klien merupakan determinator utama bila sasaran sudah tercapai.

Hackney dan Cormier (2001), melihat langkah-langkah konseling sebagai berikut:

  1. Membangun hubungan dan rapport
  2. Assesment atau pendefinisian masalah
  3. Menetapkan sasaran
  4. Memulai intervensi
  5. Terminasi dan follow up

Materi ini diambil dari kumpulan makalah mahasiswa psikologi UIN Malang.

referensi buku

Lesmana, Murad, Jeanette. 2011. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI Press

Sofyan,Wilis, DR. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Yukss membaca kepribadian kita lewat tulisan tangan…!!!!!!


20090326grafologi

Anneyong Haseyo sahabat Fara…

Wahhh tahun 2012 dah lewat ni.. diganti dengan tahun 2013…. Kira-kira apa aja yaa yang bakal terjadi di tahun ini.. sahabat Fara..penting gak sih mengetahui kepribadian kita sendiri? Tipe kepribadian kayak apa sih kita? Sahabat mengetahui kepribadian diri kita sangatlah penting. Dengan mengetahui kepribadian kita, kita bisa tahu kelemahan dan kelebihan kita dan membuatnya menjadi istimewa untuk diri kita sendiri.. nahhh kali ini Fara akan ajak kalian mengenali kepribadian lewat tulisan tangan kita (Gramofologi). sahabat tinggal cocokin ja thu ma ciri-ciri nya..kira-kira kita masuk dalam kepribadian  yang mana yaaa…

1. Arah kemiringan huruf

Ke kanan = ekspresif, emosional

Tegak = menahan diri, emosi sedang

Ke kiri = menutup diri

Ke segala arah dalam 1 kalimat = tidak konsisten

Ke segala arah dalam 1 kata = ada masalah dengan kepribadiannya

2. Bentuk umum huruf-huruf

Bulat atau melingkar = alami, easygoing

Bersudut tajam = agresif, to the point, energi kuat

Bujursangkar = realistis, praktek berdasar pengalaman

Coretan tak beraturan = artistik, tidak punya standar

3. Huruf-huruf bersambung atau tidak

Bersambung seluruhnya = sosial, suka bicara dan bertemu dengan orang banyak

Sebagian bersambung sebagian lepas = pemalu, idealis yang agak sulit membina hubungan (terlebih hubungan spesial).

Lepas seluruhnya = berpikir sebelum bertindak, cerdas, seksama

4. Spasi antar kata

Berjarak tegas = suka berbicara (mungkin orang yang selalu sibuk?)

Rapat/Seolah tidak berjarak = tidak sabaran, percaya diri dan cepat bertindak

5. Jarak vertikal antar baris tulisan

Sangat jauh = terisolasi, menutup diri, bahkan mungkin anti sosial

Cukup berjarak sehingga huruf di baris atas tidak bersentuhan dengan baris di bawahnya = boros, suka bicara

Berjarak rapat sehingga ujung bawah huruf ‘y’, ‘g’, menyentuh ujung atas huruf ‘h’, ‘t’ = organisator yang baik

6. Interpretasi huruf ‘t’

Letak palang (-) pada kail ‘t’

– Cenderung ke kiri = pribadi waspada, tidak mudah percaya

– Tepat di tengah = pribadi yang kurang orisinil tapi sangat bertanggung jawab

– Cenderung ke kanan = pribadi handal, teliti, mampu memimpin

 

Panjang kail ‘t’ menunjukkan kemampuan potensial untuk mencapai target.

  Tinggi-rendah palang (-) pada kail ‘t’

– Rendah = setting target lebih rendah dari kemampuan sebenarnya (kurang percaya diri atau pemalas)

– Tinggi = setting target tinggi tapi juga diimbangi oleh kemampuan

– Di atas kail = setting target lebih tinggi dibanding kemampuan

7. Arah tulisan pada kertas

Naik/menanjak = energik, optimis, tegas

Tetap/lurus = perfeksionis, sulit bergaul

Turun = seorang yang tertekan atau lelah, kemungkinan menutup diri

8. Tekanan saat menulis

Makin kuat tekanan, makin besar intensitas emosional penulisnya.

9. Ukuran huruf

Makin kecil huruf yang ditulis, maka makin besar tingkat konsenterasi si penulis, begitu pula sebaliknya.

10. Sedikit tentang huruf “O”

– Adanya rahasia ditunjukkan oleh lingkaran kecil pada huruf “O”

– Kebohongan ditunjukkan oleh lingkaran huruf “O” yang mengarah ke kanan

Hemmmm dah pada ketemu kan kepribadian masing-masing…Fara harap dengan mengetahui kepribadian kita, kita bisa lebih mudah mengetahui jati diri kita… semoga bermanfaat sahabat…

by.Fara ^_*

ANALISIS KASUS “Gangguan Mood dan Bunuh Diri”


  1. A.           PENGANTAR

A.1  Latar Belakang

“WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.”[1]

Data ini menunjukkan angka bunuh diri yang terjadi di Indonesia . Data lain dari WHO menunjukkan rata-rata satu juta orang di seluruh dunia bunuh diri setiap tahun. Ini berarti satu kasus bunuh diri untuk setiap 40 detik,” demikian laporan WHO yang dirilis kemarin menjelang peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia Senin depan. Diperkirakan  sekitar satu juta orang bunuh diri setiap tahun. Jumlah ini jauh lebih besar ketimbang jumlah kematian akibat perang dan pembunuhan. Menurut Dr. Shekhar Saxena, ketua tim pembuat laporan, tingkat bunuh diri meningkat tajam di beberapa belahan bumi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa negara mengalami lonjakan tajam hingga 60 persen. [2]

Perilaku bunuh diri bukanlah suatu gangguan psikologi, tetapi sering merupakan ciri atau simtom dari gangguan psikologis yang mendasarinya. Biasanya gangguan mood yang menjadi alasan mengapa orang melakukan bunuh diri. Terlepas dari kemajuan tehnologi perpanjangan hidup dalam perawatan medis, sejumlah orang dewasa lanjut usai merasa bahwa kualitas hidup mereka kurang dari memuaskan.[3] Resiko bunuh diri lebih besar diantara orang dengan gangguan mood yang parah seperti depresi mayor dan gagguan bipolar (Bostwick&Pankratz,2000).

WHO melihat adanya gangguan masalah kesehatan masyarakat akan perilaku bunuh diri sehingga dibutuhkan aksi darurat untuk mengatasinya. Untuk pencegahannya, WHO mengimbau pemerintah, melalui sektor kesehatan, social dan sektor lainnya, untuk berinvestasi pada sumber daya manusia dan financial. [4]

Dalam kesempatan ini penulis menemukan sebuah kasus yang sama seperti paparan di atas. Kasus ini terjadi pada seorang ibi rumah tangga yang sudah menikah selama delapan tahun dan mempunyai seorang anak laki-laki. Dia mencoba beberapa kali untuk bunuh diri dan mengancam keluarganya. Walaupun pada akhirnya dia tidak jadi untuk melakukan bunuh diri. penulis akan mencoba untuk menganalisa apa yang terjadi pada ibu rumah tangga tersebut dengan mengaitkan dengan teori-teori yang telah ada.

A.2 Rumusan Masalah

  1. apa yang menjadi latar belakang, ibu rumah tangga itu hendak melakukan bunuh diri ?
  2. bagaimana analisis kasus berdasarkan teori?

 

 


[1] Republika, 1 Juni 2012

[2] (Yahoo/meidia — HARIAN TERBIT, Sabtu, 8 September 2012 13:36 WIB ).

[3] Jeffrey S.Nevid,ed, Psikologi Abnormal ( Jakarta,2003) hal 262

[4] Ibid 2

Artikel Tema : Homoseksual


200150957-001

 

Ego Vs Norma ?

“kami hanya sedikit berbeda dari manusia pada umumnya.

kami tidak sakit, dan kami juga seorang manusia yang berhak  dihargai, diakui keberadaannya.

Kami bukan manusia aneh maupun hina.

Kami hanya manusia  biasa yang memiliki sedikit perbedaan dari manusia pada umumya.

Yang membedakan kami dengan kalian adalah kami menyukai sejenis dan kalian menyukai lawan jenis.”

Uraian diatas setidaknya menggambarkan perasaan yang dialami seorag homoseksual dikalangan umum/ masyarakat. Homoseksual adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan normal dalam mendapatkan kasih sayang, penerimaan dan identitas, melalui keintiman seksual dengan orang yang berjenis kelamin sama (Andrew Comiskey.diposkan pada 6 Juli 20012).

Homoseksual bukanlah hasil dari penciptaan yang telah dilakukan oleh Tuhan. Sangat banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat potensi genetis maupun peran hormon sebagai penyebab homoseksualitas. Tidak satu pun yang terbukti. Penelitian masih berlanjut, dan hampir semua ahli menunjukkan bahwa berbagai hal yang mempengaruhi itu adalah budaya, asal muasal keluarga, faktor biologis, dan reaksi seseorang terhadap pengaruh pengaruh yang ada.(Andrew Comiskey.diposkan pada 6 Juli 20012). Seperti yag dikatakan oleh Zoya Amirin pada seminar nasional pada tanggal 1 Desember 2012 di UIN Malang. Beliau mengatakan bahwa Homoseksual secara klinis adalah normal, namun secara norma, homoseksual dikatakan menyimpang. Dikatakan menyimpang karena tidak biasa ataupun tidak seperti pada manusia umumnya. Bagi sebagian masyarakat homoseksual merupakan sebuah penyalahan kodrat dari tuhan.

Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari populasi manusia adalah homoseksual atau pernah melakukan hubungan sesama jenis dalam hidupnya. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini menyatakan diri mereka sebagai homoseksual ( Wikipedia, diunduh pada 24 November 2012). Yang menjadi Pertanyaannya adalah, Apakah ini kesalahan mereka karena telah menjadi seorang homoseksual?.

Dilihat dalam berbagai sudut, Homoseksual merupakan hal yang salah dan melanggar norma yang ada. Kita tahu dalam proses pembuatan manusia baru, harus ada sel sperma dan juga sel telur yang di dapat dari manusia dengan gender yang berbeda. Ketika mereka memutuskan untuk menjadi homoseksual, itu berarti mereka telah memutuskan tali rantai kehidupan manusia. Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi homoseksual dengan mengatas namakan hak asasi manusia, walaupun mereka tahu itu bertentangan dengan norma, maka yang terjadi hanyalah pemenuhan ego belaka. Penggunaan hak asasi yang tidak sejalan dengan moral akan menimbulkan kekacauan. Hidup adalah membuat keputusan, dan keputusan itu adalah bagaimana mengalahkan ego pribadi.( “ Homoseksual: Takdir atau Pilihan Hidup?” yang diposkan pada  23 September 2010 | 20:43). Manusia hidup dengan berbagai pilihan dan juga resiko. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih kehidupan yang ia inginkan, namun ketika pilihan yang kita pilih bertentangan dengan norma yang ada, itu bukan menjadi pilihan yang tepat. Hak asasi manusia bukanlah suatu hal yang bisa kita gunakan dengan seenaknya. Jika hak asasi digunakan sesuai dengan keinginan seseorang tanpa melihat norma-norma yang telah disepakati bersama. Maka hak asasi itu hanya akan menghancurkan kedamaian yang telah tercipta.

lalu apa yang harus dilakukan oleh para Homoseksual?

Homoseksual sama halnya dengan kecanduan obat-obatan terlarang. Selain melanggar norma, juga merugikan diri mereka sendiri. Dalam sebuah penelitian terhadap 120.000 orang di California, Amerika Serikat. Pria penyuka sesama jenis diketahui lebih rentan menderita kanker dibandingkan dengan pria yang heteroseksual. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Cancer ini dilakukan berdasarkan survei California Health Interview yang dilakukan tahun 2001, 2003 dan 2005. Sekitar 3.690 pria dan 7.252 wanita yang diinterview pernah didiagnosa kanker dalam hidupnya. Dari total 122.345 responden yang disurvei, 1.493 pria dan 918 wanita menyatakan dirinya penyuka sesama jenis dan 1.116 wanita adalah biseksual. Pria gay dua kali lebih besar berpotensi untuk didiagnosa kanker. Sementara wanita yang lesbian pada umumnya memiliki kesehatan yang buruk. Dr.Boehmer mengatakan wanita lesbian dan biseksual pada umumnya lebih stress dibanding wanita heteroseksual. “Secara psikologis mereka lebih tertekan akibat perlakuan diskriminasi, kekerasan dan juga prasanga lingkungan sekitarnya,” katanya. Selain itu Dr.Boehmer juga mengatakan pria yang homoseksual berpotensi tinggi terkena HIV dibanding dengan pria yang heteroseksual (kompas.com). dampak kesehatan para Homoseksual sangat jelas di uraikan diatas. Bagaimana para homoseksual memiliki potensi tinggi terkena kanker dan HIV.

Homoseksual bisa disembuhkan layaknya seorang yang kecanduaan obat-obatan. Mungkin akan sangat sulit untuk bisa sembuh dari perilaku homoseksual. Namun tidak menutup kemungkinan untuk sembuh. Sudah banyak para homoseksual yang bisa sembuh dari perilaku homoseksualnya dengan usaha dan keinginan yag kuat. Salah satu contohnya adalah Ruben (Artis Indonesia yang pernah bermain senetron “ Ku Telah Jatuh Cinta”) sekarang dia sudah tertarik pada lawan jenisnya. Dan meninggalkan perilaku homoseksualnya. Jadi kesimpulannya, Homoseksual bisa disembuhkan. Lalu kenapa kita harus memilih untuk menjadi homoseksual jika kita bisa menjadi manusia normal seperti yang lainnya. Memilih jalan hidup yang tepat adalah memilih jalan yang sesuai dengan diri kita namun tidak menyimpang pada norma-norma yang ada.

 

By: fara_kyu

 

Referensi

Homoseksual: Takdir atau Pilihan Hidup?OPINI | 23 September 2010 | 20:43 Dibaca: 1592 Komentar: 143 3 inspiratif.

http://www.psikologi.com

 

http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksual (Diakses pada hari Sabtu, 24 November 2012, pukul 17.53 WIB)

www.kompas.com

 

 

 

 

 

DOWN SYNDROM PADA ANAK


 

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.

Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.

Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.

B. Etiologi

Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :

1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )

2. Translokasi kromosom 21 dan 15

3. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom ( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :

  1. Genetik

Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.

  1. Radiasi

Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

  1. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
  2. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu

Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.

  1. Umur Ibu

Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

  1. Umur Ayah

Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.

C. Gejala Klinis

Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal.

Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :

  1. Sutura Sagitalis Yang Terpisah
  2. Fisura Palpebralis Yang Miring
  3. Jarak Yang Lebar Antara Kaki
  4. Fontarela Palsu
  5. “Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II
  6. Hyperfleksibilitas
  7. Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
  8. Bentuk Palatum Yang Abnormal
  9. Hidung Hipoplastik
  10. Kelemahan Otot Dan Hipotonia
  11. Bercak Brushfield Pada Mata
  12. Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur
  13. Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam
  14. Single Palmar Crease Pada Tangan Kiri Dan Kanan
  15. Jarak Pupil Yang Lebar
  16. Oksiput Yang Datar
  17. Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar
  18. Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal
  19. Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili
  20. Mata Sipit

Gejala-Gejala Lain :

  1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.
  2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
  3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
  4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.

Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.

Komplikasi

1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)

2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

Penyebab

  1. Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal)
  2. Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome.
  3. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil.

D. Patofisiologi

Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.

E. Prognosis

44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.

Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :

  1. Gangguan tiroid
  2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
  3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
  4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)

F. Pencegahan

  1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
  2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.

G. Diagnosis

Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale yang terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebar. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom down. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita sydrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.

Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ), SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas.

H. Penatalaksanan

1. Penanganan Secara Medis

  1. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
  2. Penyakit jantung bawaan
  3. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
  4. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
  5. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.

2. Pendidikan

  1. Intervensi Dini

Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.

  1. Taman Bermain

Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.

  1. Pendidikan Khusus (SLB-C)

Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.

  1. Penyuluhan Pada Orang Tua

 

II.  ASUHAN KEPERAWATAN

 

  1. A.    Pengkajian

 

1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :

  1. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal
  2. Kebutuhan nutrisi / makan
  3. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan
  4. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak
  5. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
  6. Kemampuan motorik
  7. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak

2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus

3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental

4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi

5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang

6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak.

B. Diagnosa

  1. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
  2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kemampuan pendengaran yang berkurang.
  3. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal.
  4. Kurangnya interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.

5. Defisit pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan perawatan anak syndrom down.

C. Implementasi

  1. Berikan nutrisi yang memadai
    1. Lihat kemampuan anak untuk menelan
    2. Beri informasi pada orang tua cara yang tepat / benar dalam memberi makanan yang baik
    3. Berikan nutrisi yang baik pada anak dengan gizi yang baik
    4. Anjurkan orang tua untuk memeriksakan pendengaran dan penglihatan secara rutin
    5. Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down
      1. Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan anaknya
      2. Beri informasi pada orang tua tentang perawatan anak dengan syndrom down

4. Motivasi orang tua agar :

  1. Memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi
  2. Memberi keleluasaan / kebebasan pada anak unutk berekspresi

5. Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkunga yang memadai pada anak

  1. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa
  2. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.

D. Evaluasi

  1. Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan pada anak Anak sehingga anak mendapat nutrisi yang cukup dan adekuat
  2. Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat dievaluasi secara rutin
  3. Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan baik
  4. Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder.